Tren Peredaran Narkoba Berbahan Ketamin dan Etomidate

oleh -26 Dilihat
oleh
img 20251101 wa0025 11zon

Oleh : Dede Farhan Aulawi

RevolusiNews.com – Peredaran narkoba di dunia terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pelaku kejahatan narkotika kini tidak hanya menggunakan zat-zat klasik seperti heroin, kokain, dan ganja, tetapi juga bahan kimia medis yang memiliki efek psikoaktif tinggi. Dua di antaranya adalah ketamin dan etomidate, yang awalnya digunakan dalam dunia kedokteran sebagai obat anestesi. Namun, penyalahgunaan kedua zat ini semakin meningkat karena efek halusinogen dan euforia yang ditimbulkannya.

Ketamin merupakan obat anestesi disosiatif yang bekerja dengan menghambat reseptor NMDA di otak, sehingga menimbulkan efek sedasi, analgesia, dan halusinasi. Dalam dunia medis, ketamin digunakan untuk anestesi umum, terutama pada kondisi darurat. Namun, dalam konteks penyalahgunaan, ketamin dikenal dengan sebutan “Special K” dan sering digunakan di klub malam atau pesta untuk mendapatkan sensasi melayang dan kehilangan persepsi terhadap waktu.

Sementara itu, etomidate adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat, biasanya digunakan dalam prosedur induksi anestesi jangka pendek. Walaupun tidak sepopuler ketamin dalam penyalahgunaan, etomidate mulai dilirik oleh pelaku peredaran gelap karena efeknya yang dapat menimbulkan sensasi euforia ringan dan penurunan kesadaran. Di beberapa negara, laporan penyalahgunaan etomidate mulai meningkat, terutama di kalangan tenaga medis yang memiliki akses langsung terhadap obat tersebut.

Peredaran narkoba berbahan ketamin dan etomidate menunjukkan pergeseran pola dari narkotika tradisional ke zat sintetis medis. Ketamin banyak diselundupkan melalui jalur farmasi ilegal, baik dari pabrik farmasi resmi yang disalahgunakan maupun melalui perdagangan daring (dark web). Di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia, ketamin dikategorikan sebagai narkotika golongan III, dan kepemilikannya tanpa izin medis dapat dipidana.

Adapun etomidate masih tergolong langka di pasar gelap, tetapi tren meningkat terlihat dalam lima tahun terakhir. Modus yang digunakan biasanya melibatkan pemalsuan izin distribusi farmasi, penyalahgunaan resep dokter, serta penyimpangan distribusi rumah sakit. Situasi ini menunjukkan bahwa jaringan kejahatan narkoba semakin canggih dalam memanfaatkan celah sistem kesehatan.

Penyalahgunaan ketamin dan etomidate dapat menimbulkan kerusakan saraf otak, gangguan persepsi realitas, dan penurunan fungsi kognitif. Dalam jangka panjang, ketergantungan pada ketamin dapat menyebabkan gangguan kandung kemih kronis (ketamine bladder syndrome) dan depresi berat. Sedangkan penggunaan etomidate tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan penekanan fungsi adrenal dan gangguan kesadaran yang berisiko fatal.

Secara sosial, penyalahgunaan kedua zat ini menimbulkan dampak berupa meningkatnya angka kriminalitas, keretakan hubungan sosial, serta pemborosan sumber daya ekonomi akibat penanganan medis dan hukum.

Penanggulangan tren ini membutuhkan kerjasama lintas sektor antara pemerintah, aparat penegak hukum, lembaga kesehatan, dan masyarakat. Strategi yang perlu dilakukan antara lain :

– Penguatan regulasi farmasi, termasuk pengawasan distribusi obat anestesi.

– Peningkatan kapasitas intelijen narkotika untuk mendeteksi pola perdagangan gelap melalui platform digital.

– Edukasi masyarakat dan tenaga medis tentang bahaya penyalahgunaan obat anestesi.

– Kerjasama internasional dalam pelacakan rantai pasok zat prekursor sintetis.

Jadi, ketamin dan etomidate menjadi contoh nyata bagaimana obat medis dapat berubah menjadi ancaman sosial ketika disalahgunakan. Tren peredaran narkoba berbahan kedua zat ini mencerminkan evolusi kejahatan narkotika yang semakin kompleks dan terorganisasi. Oleh karena itu, pendekatan multidisipliner dan multilateral sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan, memperkuat regulasi, serta menjaga integritas dunia medis dari infiltrasi kejahatan narkoba.

No More Posts Available.

No more pages to load.