CILACAP, Revolusinews.com – Bicara cabai mungkin tak ada habisnya. Pasalnya, bahan pokok ini merupakan satu diantara kebutuhan penting sebagai bumbu dapur yang dinilai paling utama, padahal akhir-akhir ini harga cabai kian meroket. Hal tersebut mendorong motivasi kalangan muda untuk terjun di bidang tani menjadi petani cabai.
Sejenak perlu berfikir bahwa membudidaya tanaman cabai bukanlah hal yang dianggap mudah, selain modal tinggi, ditambah harga jual di pasaran mengalami fluktuatif, belum lagi dampak resiko seperti halnya gagal panen. Sehingga dibutuhkan sikap berani untuk menyongsong, menjemput perubahan, agar harapan terbukti dengan nyata.
Hal tersebut dilakukan oleh Radhil Maulana asli Jakarta yang hijrah menjadi warga Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap.
Ia menginspirator kaum muda memulai profesi sebagai petani cabai. Dirinya terdorong berawal ketika mitra kerja di Jakarta resign memutuskan kerja sama dengan alasan ingin ganti profesi jadi petani di kampungnya.
“Pada mulanya saya berfikir berapa hasil tani, dan ternyata ketika 3 tahun dijalani hasilnya luar biasa. Perolehan omset tiap bulan mencapai Rp 40 juta rupiah. Itulah yang menginspirasi saya untuk turut jadi petani,” kata Radhil, Kamis (10/4/2025).

“Basic saya bukan petani, namun keputusan ini saya ambil dengan penuh pemikiran matang. Saya melihat Ujungmanik banyak petani, dan banyak lahan yang bisa digunakan secara maksimal. Bicara hortikultura bertani cabai, menurut saya lebih baik dibanding bertanam jagung atau singkong. Saya coba bagaimana cara bisa maju bersama masyarakat desa, membuat terobosan baru membangun perekonomian,” imbuhnya.
Berbekal inspirasi tercetus ide – ide kreatif, ia kemudian mengelola lahan untuk ditanami cabai. Di atas tanah seluas 70 meter X 16 meter ia tanam ribuan pohon hingga dari kerja keras menghasilkan pundi rupiah.
“Saya menanam populasi sebanyak 2300 pohon cabai. Modal awal dari pengolahan lahan (bikin bedengan), plastik, bibit, upah tenaga sekitar Rp 4 juta – Rp 5 juta. Penyakit cabai jenisnya bermacam, ada patek, fusarium (jamur), busuk batang, daun keriting, bule, lalat buah. Alhamdulilah tanaman saya jauh dari penyakit itu semua,” tutur Radhil.
Diungkapkannya, bahwa jerih payah terbayar sudah, pohon cabai yang ia tanam menghasilkan cuan puluhan juta.
“Cabai yang saya tanaman sudah berusia 6 bulan. Sementara hasil yang dipetik sudah mencapai 700 kilo, terkait penjualan saya pasarkan Rp 73 ribu perkilonya. Diperkirakan masa produktif masih bertahan hingga sampai 4 bulan dengan sistem pemetikan 4 kali tiap bulannya,” ungkap Radhil.
Selain menanam cabai untuk di panen hasil buahnya, Radhil berbudidaya bibit seperti cabai, tomat, terong dan lainnya. Di rumah semai ia pun melakukan kegiatan persemaian. Dijelaskannya, bahwa dengan lahan seluas 30 meter X 15 meter ia hasilkan bibit tanaman sebanyak 600 beki, dengan isian tiap beki dapat terisi sejumlah 400 bibit.
“Karena permintaan pasar kita fokus di bibit cabai, baik rawit maupun cabai merah keriting (CMK). Mengenai penjualan bibit cabai, kita jual dengan harga Rp 100 ribu hingga 110 ribu perbekinya. Kita layani sesuai pesanan, semisal bibit anti virus kita semai jenis Pedro, atau buah bagus dan mengkilat bibit yang tepat yakni fablo, Aura ori 212. Ada juga minta pesanan bibit kaliber,” jelas Radhil Maulana.

Dari hasil tani cabai tak hanya merubah perekonomian, akan tetapi memotivasi, tak hanya lokal Cilacap pemasaran bibit merambah sampai luar provinsi yakni hingga Tasik dan Ciamis. Kini kerja nyata sang inspirator sudah terbukti, dan jejaknya diikuti kaum muda, petani milenial yang lainnya. Usaha yang dibangun membawa banyak dampak manfaat, mengurangi pengangguran, dapat menyerap tenaga kerja.
“Kita berdayakan warga sekitar untuk bekerja di tempat kami, ada sekitar 13 tenaga kerja diantaranya, tenaga petik, persemaian, dan juga perawatan. Harapannya usaha ini akan terus saya kembangkan, keinginan saya petani Ujungmanik sejahtera. Dalam pertanian kita mesti sadar, akan penggunaan nutrisi, insektisida, penggunaan pupuk kimia, pentingnya perawatan agar ke depan tanah tetap sehat meskipun menggunakan pupuk kimia. Saya sendiri memakai pupuk semi organik. Untuk menjaga kualitas tanah tetap subur, bagaimana cara kita ketika mengembalikan tanah tersebut dalam kondisi sehat lagi,” tutup Radhil Maulana.






