Oleh : Dede Farhan Aulawi
RevolusiNews.com – Kemerdekaan bukanlah hadiah yang datang tanpa perjuangan. Ia lahir dari tetesan darah, air mata, dan pengorbanan tanpa pamrih dari para pejuang yang rela mengorbankan segalanya demi satu kata sakral, “Merdeka“. Sejarah bangsa Indonesia adalah kisah panjang tentang tekad dan semangat untuk lepas dari belenggu penjajahan yang telah mencengkeram selama berabad-abad.
Sejak kedatangan bangsa Portugis pada awal abad ke-16, kemudian disusul oleh Belanda dan Jepang, rakyat Nusantara mengalami penderitaan panjang. Penindasan, eksploitasi sumber daya alam, dan perampasan hak asasi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.
Namun, dalam penderitaan itu, muncul semangat perlawanan dari berbagai daerah, dari perjuangan Sultan Hasanuddin di Sulawesi Selatan, Pangeran Diponegoro di Jawa, Cut Nyak Dien di Aceh, hingga perjuangan Pattimura di Maluku. Mereka adalah simbol keberanian yang menolak tunduk terhadap penindasan.
Perjuangan bangsa Indonesia kemudian bertransformasi dari perlawanan bersenjata menjadi perjuangan intelektual.
Para tokoh pergerakan nasional seperti Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan HOS Tjokroaminoto menyadari bahwa kemerdekaan tidak hanya bisa dicapai dengan senjata, tetapi juga dengan pendidikan, kesadaran politik, dan persatuan bangsa. Berdirinya organisasi seperti Budi Utomo (1908), Sarekat Islam, dan Perhimpunan Indonesia menjadi tonggak kebangkitan nasional yang memperkuat semangat untuk menjadi bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri.
Puncak dari perjalanan panjang itu terjadi pada 17 Agustus 1945, ketika Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun, kemerdekaan yang baru lahir itu tidak langsung diakui. Bangsa ini masih harus menghadapi agresi militer Belanda dan berbagai pergolakan internal. Ribuan nyawa kembali gugur demi mempertahankan kemerdekaan yang baru diraih. Inilah bukti bahwa kemerdekaan bukan sekadar deklarasi, melainkan hasil perjuangan yang mahal dan penuh pengorbanan.
Kini, setelah puluhan tahun merdeka, generasi penerus memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengisi kemerdekaan itu dengan karya nyata. Menghargai jasa para pahlawan berarti melanjutkan perjuangan mereka melalui pembangunan, keadilan sosial, dan kemajuan bangsa. Kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari kebodohan, kemiskinan, dan korupsi yang dapat menggerogoti kedaulatan bangsa dari dalam.
Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia mengajarkan bahwa kemerdekaan adalah hasil persatuan dan keteguhan hati. Oleh karena itu, setiap generasi harus mampu mempertahankan semangat juang itu, karena harga sebuah kemerdekaan terlalu mahal untuk disia-siakan.







