Oleh : Dede Farhan Aulawi
RevolusiNews.com – Desa wisata merupakan salah satu alternatif strategi pembangunan berbasis masyarakat yang berfokus pada pemanfaatan potensi lokal untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan pelestarian budaya. Namun, dalam praktiknya, pengelolaan dan pengembangan desa wisata tidak selalu berjalan mulus. Berbagai permasalahan kerap muncul, baik dari sisi internal masyarakat maupun eksternal, seperti kebijakan dan pasar. Permasalahan ini dapat menghambat potensi desa wisata untuk berkembang secara berkelanjutan.
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Kapasitas Pengelolaan
Salah satu permasalahan utama adalah kurangnya SDM yang memiliki kemampuan manajerial, pemasaran, dan pengelolaan wisata secara profesional. Banyak desa wisata masih dikelola secara tradisional tanpa pelatihan atau pendampingan yang memadai. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas layanan wisata, yang akhirnya memengaruhi kepuasan wisatawan.
2. Kurangnya Infrastruktur Penunjang
Infrastruktur seperti akses jalan, transportasi, penginapan, sanitasi, dan jaringan internet sering kali belum memadai di desa-desa wisata. Kondisi ini menyulitkan wisatawan untuk mengakses lokasi atau menikmati fasilitas yang nyaman. Padahal, infrastruktur merupakan salah satu faktor utama yang menentukan daya tarik dan kenyamanan destinasi wisata.
3. Minimnya Promosi dan Akses Pasar
Banyak desa wisata belum memiliki strategi promosi yang efektif, baik secara digital maupun konvensional. Ketiadaan branding yang kuat membuat desa wisata sulit dikenal oleh pasar yang lebih luas. Selain itu, akses terhadap agen wisata, marketplace digital, atau kerja sama dengan pelaku industri pariwisata juga masih terbatas.
4. Kurangnya Partisipasi dan Kesadaran Masyarakat
Tidak semua warga desa memahami pentingnya desa wisata sebagai peluang ekonomi dan pelestarian budaya. Kurangnya partisipasi aktif dari masyarakat lokal bisa menghambat keberlanjutan program desa wisata. Bahkan, konflik internal antarkelompok masyarakat bisa muncul jika pengelolaan tidak dilakukan secara transparan dan inklusif.
5. Ketergantungan pada Bantuan Pemerintah
Beberapa desa wisata masih bergantung pada dana bantuan dari pemerintah atau pihak luar. Ketika bantuan ini berhenti, operasional desa wisata bisa mandek. Ketergantungan ini juga bisa menghambat inovasi dan inisiatif lokal, karena masyarakat cenderung menunggu bantuan daripada bergerak secara mandiri.
6. Isu Pelestarian Lingkungan dan Budaya
Dalam upaya menarik wisatawan, terkadang terjadi eksploitasi alam dan komersialisasi budaya yang berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan kerusakan lingkungan dan degradasi nilai-nilai budaya lokal. Kurangnya regulasi dan pengawasan dalam pengelolaan aktivitas wisata bisa memperparah masalah ini.
Dengan demikian, pengembangan desa wisata membutuhkan pendekatan yang holistik dan berkelanjutan, yang mencakup aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Permasalahan-permasalahan seperti keterbatasan SDM, infrastruktur, promosi, partisipasi masyarakat, dan pelestarian budaya harus diatasi melalui sinergi antara pemerintah, masyarakat, akademisi, dan sektor swasta. Dengan pengelolaan yang tepat, desa wisata tidak hanya menjadi sumber ekonomi alternatif, tetapi juga wahana pelestarian kekayaan lokal yang berharga.







