GARUT, Revolusinews.com – Kebutuhan masyarakat terhadap sektor kepariwisataan semakin hari semakin meningkat. Begitupun dengan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan wisata tersebut yang ditandai dengan tumbuh suburnya desa wisata. Untuk memenuhi tuntutan wisatawan, tentunya diperlukan inovasi dalam pengembangan setiap destinasi wisata. Pengembangan pariwisata dapat didefinisikan sebagai usaha untuk melengkapi atau meningkatkan fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketum DPP Prawita Genppari Dede Farhan Aulawi di Garut, Selasa (1/10/2024) dalam diskusi dengan para pegiat wisata di Kabupaten Garut, tepatnya kawasan wisata Kampung Sampireun yang sangat terkenal karena daya tarik keindahan alam dan tata kelola objek wisata yang bersih. Oleh karenanya ia sangat mengapresiasi tata kelola dan keramahan para pegawainya yang mampu membuat para pengunjung betah tingal berlama-lama di sana.
“Ada beberapa komponen wisata yang harus diperhatikan dalam pengembangan objek wisata, yaitu atraksi, amenitas (fasilitas), aksesibilitas (pendukung) dan ancillary (pelayanan). Kawasan yang memiliki potensi pariwisata harus memiliki manajemen, pengelolaan serta perwujudan pembangunannya dengan memperhatikan segala infrastruktur guna mendukung kawasan tersebut. Selain itu, ada beberapa syarat teknis dalam pengembangan objek wisata yaitu adanya objek wisata dan daya tarik wisata, aksesibilitas, tersedianya fasilitas-fasilitas di objek wisata (amenitas), dan organisasi,” ungkap Dede.
Kemudian, Dede menjelaskan, dalam pengembangan objek wisata hal yang perlu diperhatikan tidak hanya daya tarik dan atraksi wisata tetapi juga mempertimbangkan aspek pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana pendukung kegiatan di dalam kawasan tersebut. Ketersediaan sarana dan prasarana wisata pendukung yang ada di objek wisata akan memberikan kepuasan kepada pengunjung yang datang. Kepuasan pengunjung dapat memberikan pengaruh terhadap minat untuk berkunjung kembali ke objek wisata, yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan jumlah pengunjung yang datang.
Permasalahan yang banyak terjadi di destinasi wisata daerah adalah strategi pengembangan usaha yang belum berjalan secara optimal. Hal itu dilihat melalui kondisi objek wisata yang kurang baik, keadaan objek wisata yang sepi oleh pengunjung, dan tidak ada peningkatan jumlah pengunjung yang datang ke objek wisata untuk beberapa bulan terakhir. Inilah yang menjadi salah satu faktor dimana banyak desa wisata yang berguguran di tengah jalan. Semangat untuk membangun desa wisatanya cukup tinggi tetapi belum diimbangi dengan kompetensi dalam tata kelolanya, misalnya saja strategi pemasaran wisata objek wisata yang dikelolanya.
“Ada beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan hal tersebut, dimana hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar responden pengunjung merasa kurang puas dengan beberapa objek wisata karena minimnya sarana penunjang, baik fasilitas sosial maupun fasilitas umum lainnya. Ketidakpuasan maupun kepuasan yang dirasakan oleh pengunjung dipengaruhi oleh tingkat kebersihan lingkungan dan fasilitasnya serta kondisi fisik sarana wisata dan kondisi fisik prasarana wisata yang lainnya,” pungkas Dede mengakhiri pembicaraannya.