Raup Untung Jutaan, Petani Milenial Asal Ujungmanik Perluas Budidaya Cabai

oleh -44 Dilihat
oleh
img 20251010 wa0015
Foto petani milenial asal Desa Ujungmanik, Tongat yang terus berupaya mengembangkan tanaman hortikultura jenis cabai. (Dok. Tunjang Drs)

CILACAP, Revolusinews.com – Sebagai bentuk kesuksesan yang perdana hingga meraup keuntungan jutaan rupiah, seorang petani milenial asal Desa Ujungmanik, Tongat memperluas tanaman komoditas jenis cabai di wilayah Dusun Sidamulya, Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Keberhasilan yang diraih Tongat menginspirasi gerakan tanam cabai mandiri di tengah masyarakat warga sekitar, dan sepertinya cabai merupakan salah satu komoditi jenis unggulan hortikultura berkelanjutan yang juga kebutuhan komoditas penting.

Dengan cara menanam sendiri akan lebih mandiri dalam memenuhi pangan lokal, khususnya bahan pokok yang harganya fluktuatif. Secara makro lonjakan dan penurunan harga serta ketersediaannya mempengaruhi inflasi. Sementara secara mikro cabai jadi harapan guna memperoleh pendapatan lebih selain bertani untuk bercocok tanam berupa padi dan palawija.

Dikonfirmasi Revolusi News di area kebun, Jumat (10/10/2025), Tongat mengatakan, bahwa selain rolling tanaman baru, kegiatan pruning atau pemangkasan dilakukan dengan tujuan  meningkatkan hasil dan kualitas dengan cara memperbanyak cabang, mengontrol pertumbuhan, membentuk struktur pohon lebih kokoh, produktif.

“Kegiatan hari ini yakni pruning pemangkasan pohon guna memperbanyak cabang, pengapuran tanaman menggunakan dolomit dengan tujuan untuk memperbaiki PH tanah agar bisa mendukung penyerapan nutrisi sehingga hasil serta kualitas panen dapat meningkat,” ucapnya.

img 20251010 wa0016
Kegiatan pruning, pengapuran pohon menggunakan dolomit dibantu oleh tenaga kerja.

Dijelaskannya, bahwa musim tanam saat ini dirinya memperluas lahan tanaman cabai sebanyak 2200 pohon karena dinilai banyak mendatangkan keuntungan.

“Dari umur 3,5 bulan tanaman cabai perluasan kami sudah menikmati hasil (panen). Sementara tanaman baru (rolling) mengganti tanaman lama sebanyak 2300 pohon baru berusia 36 hari,” jelas Tongat.

img 20251010 wa0017
Petikan panen cabai hasil tanaman perluasan 2200 pohon usia 3,5 bulan

Terkait hasil, ia menyebut, bahwa pada masa tanam perdana dari populasi 2300, tutup buku hingga cabut pohon ia berhasil meraup pendapatan hingga mencapai Rp 66 juta rupiah.

“Dari modal Rp 18 juta rupiah, dan harga jual hasil panen kisaran Rp 90 ribu per kilogram saat itu, untuk populasi 2300 pohon, kami mendapat hasil sekitar Rp 66 juta rupiah. Mengenai harga jual di tingkat pasar saat ini belum stabil (fluktuatif) tertinggi dikisaran Rp 30 ribu hingga Rp 32 ribu rupiah per kilogram. Namun bagi kami harga diangka Rp 32 ribu bisa nutup, artinya masih ada keuntungan, terlebih kalau harga bisa mencapai Rp 50, 80 ribu rupiah,” ujar Tongat.

“Cuaca ekstrim, ditambah curah hujan banyak, hama yang menyerang tanaman cabai yaitu jamur, atau busuk batang, dan saya harap semoga hama patek jangan sampai mendekati tanaman kami,” imbuhnya.

Dalam upaya mendukung program ketahanan pangan nasional, serta meningkatkan kemandirian ekonomi keluarga ia berencana memberdayakan untuk memperbanyak tanaman cabai hingga mencapai populasi 10 ribu pohon.

“Harapan kami khususnya petani di Ujungmanik untuk bisa mempotensikan lahan yang begitu luas guna budidaya tanaman cabai selain jagung, padi dan tanaman jenis lainnya. Untuk rencana kelompok milenial kami, akan membuka lahan baru untuk kapasitas tanaman cabai 10 ribu pohon. Kami minta peran serta keterlibatan pihak pemerintah desa turut mendukung agar petani cabai lebih dilirik sehingga program tanam cabai dapat meningkatkan ketahanan pangan di tingkat desa, dengan harapan mampu mensejahterakan pendapatan melalui kemandirian pangan dan pengembangan ekonomi lokal,” tutupnya.

No More Posts Available.

No more pages to load.