Revolusinews.com – Jika tinggal di pedesaan tergantung passion kita mau menjadi buruh tani, mengisi kegiatan masa pensiun, menjadi ojek gunung, pembuat atau penjual pupuk, jadi pengepul/bandar, penjual keliling, mendirikan koperasi pertanian, penyuluh, ahli pertanian yang handal ataupun pengembangan desa wisata.
Masyarakat yang tidak memiliki passion pertanian, ataupun generasi Z yang tidak tertarik masa depan pertanian yang tidak menjanjikan, kalau tidak menjadi pegawai sudah pasti hengkang dari kampung untuk cari pekerjaan ataupun peruntungan di tempat lain.
Kegiatan istimewa dapat kita temui di pagi yang cerah dihiasi pemandangan Gunung Cikuray yang membiru, diselimuti sedikit kabut putih diiringi gemercik aliran sungai, para ibu bapak tua muda berjaket ria dan bersepatu bot serta dilengkapi peralatan pertanian menuju ke perbukitan melewati Kampung Ciharus Desa Girijaya, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat pada Senin (27/01/2025).
Bermacam kegiatan dilakukan penduduk setempat diantaranya ada yang menaman di lahan sendiri, lahan ex perkebunan, ada sebagai buruh tani, sebagai ojek gunung dengan motor ban belakang dililit rantai karena harus mengangkut pupuk ke pegunungan melewati jalan setapak terjal dan licin, sekaligus mengangkut hasil panen petani.
Ada juga para pensiunan menyibukkan atau mengisi waktu untuk bertani ataupun membeli lahan pertanian untuk digarap oleh penduduk setempat, ada juga warga yang memiliki modal menjadi bandar atau pengepul dengan kendaraan pickup maupun truk.
Proses pertanian cukup panjang, para petani harus mulai menyemai, menyiapkan lahan dengan cara meng gembur kan tanah , setelah lahan siap dilakukan pindah tanam (dari semai ke lahan), kemudian merawat setiap hari dari menyiram, memberi pupuk, menyemprot obat anti hama, ataupun antisipasi binatang pemakan sayuran, mencabut rumput liar yang tumbuh dan masih banyak lagi kegiatan agar sayuran bisa tumbuh subur, siap untuk panen dan dijual.
Dari hasil panen ada yang dibeli perorangan untuk dijual kembali berkeliling ke wilayah lain, ada yang dijual ke bandar untuk distribusi ke pasar induk di wilayah lain, misalkan Sukabumi, Bandung, Tangerang dan Jakarta.
Pukul 12.00 – 14.00 para petani sudah mulai menyelesaikan pekerjaan tani dan pulang kerumah masing masing, membersihkan peralatan dan mempersiapkan untuk kegiatan esok hari.
Mulai pukul 16.00 cuaca mulai dingin dan hampir seluruh warga mulai berjaket ria kembali, ada juga yang menyiapkan tungku api untuk menghangatkan badan yang nantinya di temani kawan sejati kopi dan rokok ataupun slimut tebal.
Saat ini yang banyak di panen diantaranya kubis, wortel, kentang dan cabe, harga bervariasi kubis Rp. 2.000 — 3.500 /kg, kentang Rp. 10.000 – 13.000/kg , cabe Rp. 50.000 – 75.000/kg, wortel Rp 4.000 – 6.000/kg
Menurut petani jika hasil penen teryata anjlok jauh sekali, sebagai contoh wortel pernah terjadi harga Rp. 800,- — 1.000 sedangkan ongkos ojeg gunung Rp 500,- — 1.000/kg, ongkos angkut pupuk Rp. 4.000/ karung. dengan kondisi tersebut biasanya hasil panen tidak dijual tapi hanya dibuang menjadi barang tak terpakai atau dihancurkan ditanah dan difungsikan sebagai pupuk untuk tanaman baru.
Pemandangan lebih istimewa lagi di Kampung Ciharus ternyata ada ahli pertanian khusus paprika dengan puluhan green house, juga ahli bonsai yang bisa menjadikan Kampung Ciharus sebagai pusat tanaman hias bonsai dari pembibitan penanaman pemasaran maupun pelatihan. Tersedia juga beberapa vila untuk penginapan, training dan berbagai kegiatan acara dengan perlengkapan sarana dan prasarana.
Dengan demikian sumber daya alam (lahan, air), lingkungan dengan perlengkapannya sudah tersedia, sumber daya manusia juga ada, begitu juga kebiasaan masyarakat sudah tertata dengan baik.
Tinggal bagaimana peran pemerintah khususnya Dinas Pertanian bersama desa mensuport teknologi yang mumpuni, bantuan permodalan, penyuluhan, kemudahan transportasi jalan mobil, penataan kembali lahan pertanian, kehutanan serta peruntukannya dengan peraturan desa serta kepastian masa depan pertanian sehingga dapat mencetak generasi Z menjadi petani milenial, menjadikan petani sebagai profesi yang menjanjikan dan handal.
Dengan kondisi tersebut Kampung Ciharus dapat dijadikan sebagai pusat penelitian pengembangan dan pelatihan khususnya pertanian paprika dan tanaman hias bonsai sekaligus sebagai desa wisata dan dapat membangun dan pengkaderan petani milenial yang handal, yang nantinya dapat menjadikan pertanian sebagai penopang pokok dalam masyarakat dan menjadi desa percontohan di Indonesia tercinta.