Warga Desa Ujungmanik Sulap Singkong Jadi Produk Pangan Bernilai Tinggi

Proses produksi olahan beras oyek berbahan baku singkong. (Foto : Tunjang Drs RNews)
Proses produksi olahan beras oyek berbahan baku singkong. (Foto : Tunjang Drs RNews)

CILACAP, Revolusinews.com – Lesunya harga jual singkong berdampak terhadap minat kreatif warga untuk mengolah bahan tersebut menjadi beras oyek yang merupakan jenis makanan Jawa terbuat dari ketela pohon atau singkong. Adapun ciri dari oyek yakni berbentuk butiran bulat kecil berwarna coklat kekuningan dengan bau aroma khas. Oyek diminati oleh sekian banyak kalangan. Tak hanya untuk camilan, salah satu bahan pangan ini juga sebagai makanan alternatif pengganti nasi.

Rumah produksi beras oyek berada di Desa Ujungmanik, Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah dalam produksinya home industri ini mampu mengolah butiran oyek hingga puluhan kilo sekali produk.

Ditemui di tempat olahan di Dusun Ujungmanik, Desa Ujungmanik, RT 06/RW 07, Sisar pelaku produksi mengatakan, bahwa lesunya harga jual ketela pohon (singkong) jadi alasan untuk mengolah bahan tersebut menjadi oyek. Menurutnya harga singkong saat ini hanya menembus angka Rp 2000 (dua ribu rupiah) per kilogram. Meski melalui proses panjang ketika sudah berbeda wujud, beras oyek mampu menembus harga pasaran Rp 15.000 – Rp 17.000 per kilogram.

“Singkong saat ini hanya dihargai Rp 2000 (dua ribu rupiah) per kilogram. Dengan harga yang sangat murah saya berfikir untuk mengolah menjadi oyek,” ucap Sisar kepada Revolusi News (RNews) pada Rabu (2/10/2024).

Sisar menjelaskan, cara membuat oyek melalui proses yang sangat panjang. Pertama singkong dikupas/dibersihkan, kemudian direndam dalam air selama 3 hari, 3 malam. Saat perendaman, air harus diganti dengan air bersih karena dalam proses tersebut air rendaman berbusa, hal itu dilakukan guna menetralisir/membersihkan kandungan zat tidak berfungsi yang terdapat pada singkong.

“Penggantian air rendaman dilakukan kurang lebih 2 kali. Setelah singkong lapuk/empuk diangkat, bilas dengan air bersih kemudian tiriskan. Kemudian ditumbuk menyerupai tepung,” jelas Sisar.

img 20241002 wa0033
Hasil awal pembentukan butiran oyek. (Foto: Tunjang Drs RNews)

Lebih lanjut dikatakannya, bahwa hasil tumbukan kemudian dibentuk menjadi butiran kecil dengan menggunakan nampan/tampah berlubang berbahan bambu. Setelah terbentuk butiran lalu dijemur di bawah terik matahari.

Usai dijemur, butiran oyek kemudian dikukus  kurang lebih 30 menit lalu diangkat didinginkan. Setelah dingin hasil kukusan diremas untuk memisahkan butiran yang lengket akibat dikukus. Langkah selanjutnya butiran dijemur hingga kering. Setelah kering butiran kembali ditumbuk (sosoh) untuk mengembalikan butiran seperti semula awal ketika dibentuk.

img 20241002 wa0034
Hasil akhir berupa beras oyek siap diolah untuk dapat dikonsumsi. (Foto: Tunjang Drs RNews)

Kemudian, Sisar mengungkapkan, bahwa sebetulnya bahan untuk pembuatan oyek berasal dari ampas singkong, karena sebelum diproses ke rendaman, tumbukan/gilingan singkong terlebih dahulu diperas menggunakan alat untuk memisahkan pati singkong.

“Alhamdulilah dengan cara seperti ini kami bisa memanfaatkan singkong yang bisa dibilang tak berharga menjadi barang bernilai tinggi. Kemarin saya menjual sekitar 100 kilogram dengan harga Rp 15.000 perkilonya. Untuk bahan baku kami dapat dari kebun yang kami tanam sendiri. Meski secara proses melalui banyak tahapan, tetapi kami puas, karena cape kami dihargai,” tutup Sisar.

No More Posts Available.

No more pages to load.